Kamis, 25 April 2013

Semoga Bukan Hanya Karena Malaysia


Bermodalkan semangat untuk melampaui jumlah karya ilmiah yang dimiliki oleh Malaysia, Djoko Santoso, Selaku Direktur Jendral (Dirjen) Dikti, beliau mengeluarkan surat edaran pada tanggal 27 Januari 2012 perihal himbauan kepada seluruh PTN/PTS di Indonesia untuk mempublikasikan karya ilmiah bagi mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 sebagai syarat kelulusan.

Semangat untuk meningkatkan jumlah karya ilmiah ini tidak main-main, bahkan sebelumnya pada tanggal 30 Desember 2011 Djoko Santoso juga pernah membuat surat edaran perihal kebijakan unggah karya ilmiah untuk kenaikan pangkat dosen.

Ada menarik dari surat edaran yang dikeluarkan Dikti pada tanggal 27 Januari, yaitu tentang alasan yang dikemukakan di dalam surat tersebut. Dimana di dalam surat tersebut dikatakan bahwa kebijakan ini diambil sebagai upaya untuk menandingi jumlah karya ilmiah yang dimiliki oleh Malaysia. Sepintas alasan ini sarat akan hubungan emosional antara Indonesia-Malaysia yang terjadi belakangan ini.

Berdasarkan data, jumlah publikasi dari ITB, UI, UGM, dan IPB pada 2005-2010 yang terindeks dalam basis data Scopus, yakni 688 jurnal, 544 jurnal, 404 jurnal, dan 252 jurnal. Dari Universitas terbaiknya saja, jumlah jurnal ilmiah Indonesia tidak mencapai 2000 judul, bandingkan dengan sejumlah perguruan tinggi ternama di Thailand, Singapura dan Malaysia yang mencapai lebih dari 4.000 judul per universitas.

Saat ini memang jumlah jurnal karya ilmiah di perguruan tinggi Indonesia lebih rendah ketimbang beberapa negara ASEAN lainnya. Tetapi Dirjen Dikti juga seharusnya mempertimbangkan lebih lanjut.

Dirjen Dikti seakan lupa untuk merujuk sistem pendidikan di negara Indonesia saat ini. Dikti sebaiknya juga harus mau belajar dan menyelidiki mengapa di negara lain, termasuk Malaysia, tingkat produktivitasnya lebih tinggi. Apa mungkin karena fasilitas dan dana penelitian di Malaysia yang sudah mengikuti negara maju? Atau mungkin karena setiap peneliti dijanjikan sebuah insentif atas karyanya?

Sehingga setidaknya Dikti tidak “ujug-ujug” mengedarkan sebuah kebijakan . Sehingga tak heran hal ini sontak memunculkan berbagai pandangan dan opini yang menanggapi terkait isu tersebut. Mulai dari opini yang bernada khawatir akan dampak dari kebijakan tersebut bagi dunia pendidikan Indonesia di masa depan, sampai pandangan yang menolak dengan tegas atas kebijakan tersebut.

Namun Djoko Santoso tetap tidak bergeming. Dia tidak khawatir walaupun ada banyak PTN/PTS yang tidak menanggapi dan cenderung apatis terhadap kebijakan publikasi karya ilmiah pada jurnal sebagai syarat kelulusan mahasiswa ini.

“Kalau  perguruan tinggi tidak mau ikut, nanti ketinggalan zaman dan dapat sanksi akademik sendiri,” tegas Djoko. Dan sekali lagi ini menunjukkan bahwa Djoko sangat serius untuk menggarap rencana ini. Bahkan Dia menegaskan kebijakan tersebut tetap diberlakukan mulai Agustus tahun ini.

Semoga kebijkan ini bukan hanya untuk sekedar bermodalkan semangat untuk “menang-menangan” kuantitas jumlah karya tulis dengan Malaysia semata, namun ini benar-benar muncul dari semangat yang tulus untuk memajukan pendidikan Indonesia. Jika memang niatnya tulus untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia tentunya segala permasalahan yang nantinya akan dihadapi akan berusaha diselesaikan sesegera mungkin. Dan semoga kebijakan ini dapat menjadi sebuah momentum bagi dunia pendidikan Indonesia untuk dapat Go Internasional. Dan semoga bukan karena Malaysia.

Read more...

Minggu, 15 Mei 2011

Sebuah Bentuk Motivasi Berkompetisi

Berkompetisi adalah sebuah istilah yang akan selalu terus dilakukan dan selalu jadi bahan motivasi oleh seorang yang bersemangat mengejar sesuatu atau biasa kita sebut sebagai seorang yang ambisius. Karena tidak akan ada orang yang ambisius tanpa mau berkompetisi. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang atlet olahraga yang selalu bercita-cita memperoleh gelar, mereka tidak akan pernah mendapatkannya tanpa ikut berkompetisi.

Berkompetisi biasanya dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu kebanggaan diri, mereka ingin memperoleh segala keuntungan atas kompetisi yang mereka ikuti. Yang perlu diingat dalam berkompetisi itu pemenangnya hanya satu, kalaupun lebih dari itu mungkin hanya sampai tiga orang saja sehingga dalam berkompetisi janganlah terlalu berharap akan selalu memenangkannya apalagi bagi mereka yang baru mencoba-coba mengikuti sebuah ajang lomba atau kompetisi. Kita analogikan lagi dalam sebuah kompetisi sepak bola, tim yang baru ikut berpartisipasi dalam sebuah kompetisi sepak bola pada musim pertamanya biasanya mereka tidak akan langsung memenangi kompetisi tetapi yang biasanya akan memenagkan gelar adalah sebuah tim yang sudah dipersiapkan sejak lama dan telah berpengalaman serta telah melalui proses yang panjang untuk menjadi seorang juara. Maka, butuh sebuah konsistensi semangat dan pengalaman untuk menjadi seorang juara.



Dalam konteks kita sebagai mahasiswa, tentunya sikap ambisius adalah salah satu bahan bakar semangat yang akan selalu memancing bara api untuk selalu berkobar. Entah ambisius dalam mencapai target nilai, organisasi ataupun hal lainnya dalam setiap masa kehidupan kita di kampus, terlebih kita hidup di dalam lingkungan di mana input¬-nya saja sudah unggul, yakni kampus perjuangan kita bersama Universitas Indonesia. Lalu apa susahnya membagi sedikit ambisi tersebut untuk sebuah kebanggaan yang tidak hanya akan dinikmati saat ini tetapi juga seterusnya yaitu dengan kita turut serta berkompetisi dalam lomba-lomba tingkat mahasiswa serta berusaha memenangkannya.

Banyak sekali jenis kompetisi yang dapat kita ikuti dan itu semua tidak hanya menumbuhkan semangat serta sifat ambisius dalam diri kita tetapi juga akan memunculkan berbagai manfaat untuk diri kita. Diantara jenis kompetisi yang bisa kita ikuti adalah kompetisi menulis esai, karya tulis, fotografi, poster, business plan ataupun kompetisi lainnya yang tingkat kampus, lokal ataupun bahkan nasional.
Berkompetisi dapat menumbuhkan semangat kita untuk belajar, belajar dan belajar. Khususnya dalam kompetisi menulis esai, sebelum menulis esai yang baik tentu kita butuh banyak membaca dahulu sehingga hal ini akan memunculkan semangat kita untuk membaca sekaligus memperluas wawasan kita terutama tentang tema yang diangkat dalam esai tersebut. Selain itu, berkompetisi juga nantinya dapat memunculkan bakat dan kemampuan yang selama ini terpendam dalam diri kita. Sebelumnya mungkin kita tidak merasa bisa dalam hal menulis, berwira usaha, ataupun fotografi. Namun dengan kita rutin dan konsisten untuk terus mengikuti berbagai kompetisi, secara langsung hal ini akan mengasah kemampuan yang selama ini terpendam dan belum dapat kita munculkan. Serta dampak laten lainnya yang kita sadari ataupun yang tidak kita sadari.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kompetisi adalah perihal ambisi dan konsistensi karena biasanya sesuatu yang luar biasa tidak akan selalu didapatkan dengan cara yang instan, perlu kesungguhan yang keras dan persiapan yang matang untuk merealisasikan kompetisi yang kita ikuti menjadi sebuah kemenangan. Sekali lagi penulis menekankan bahwa yang terpenting dari setiap usaha yang kita lakukan adalah soal proses yang 99% walaupun kita juga tidak memungkiri bahwa kita juga selalu mengharapkan hasil yang hanya 1%. Perlu diketahui bahwa Allah melihat proses bukan sekedar hasil. Jika sesuatu dilakukan dengan penuh kesungguhan dan sabar insyaAllah semua itu nantinya akan berbuah manis dan kita yang akan menikmati hasilnya. Semangat kawanku jangan berputus asa! Ayo munculkan potensi besar dalam diri kita dengan turus serta berkompetisi.


Read more...

Rabu, 22 Desember 2010

MPKT oh mpkt

MPKT
Hari itu adalah hari pertama si Diro kuliah, kelas pertama, yang mungkin ini adalah kesan pertama ditahun pertama di kampus urutan pertama atau bahkan juga jadi kelas belajar cl dan pbl pertamanya (hehe..maksa..) dan sebut saja hari itu sebagai tanggal 30 Agustus. Apa yang terjadi pada hari itu? Mengapa hal itu terjadi? Dan apa dampak jika hal itu terjadi? (pertanyaan-pertanyaan itu persis dengan pertanyaan nomor terakhir dari uas mpkt kemarin) mungkin kemarin adalah terakhir kalinya Diro bisa mendapatkan kelas yang berkesan, tentang diskusi CL & PBL, tentang motivasi, tentang provokator dll. Kembali pada hari pertama, dengan semangat ’45 seakan hari itu adalah hari dimana dia harus bisa menunjukkan keeksistensiannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (baca: FISIP UI)
, hari itu dengan percaya dirinya bahkan mungkin terlalu over percaya diri dia berangkat ke kampus bersama temannya, sebut saja Ali.
“Li, w sekelas MPKT sama lu kan? Soalnya kemaren w liat di daftar absensi, eh presensi deh.... gw liat ada nama gw di bawah nama lu, kalo ga salah di kelas H.303 kan?..” Kata Diro yakin.
“lah? Gw malah kaga tau.. yoda kalo emang bener mah, bareng aja.. ” Ali mengiyakan.

Lalu mereka berdua berangkat bersama dengan bikun (baca: bis kuning) yang memang disediakan UI untuk antar jemput mahasiswa. Setelah sampai di kampus tanpa perlu lagi memperhatikan daftar presensi si Diro langsung ngeloyor aja masuk kelas. Di dalam kelas pede sekali dan dia duduk di bangku urutan kedua, nampaknya si Diro sangat aktif sekali menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh dosen bahkan ketika dosen melontarkan suatu pertanyaan
“siapa yang mau jadi ketua kelas di kelas ini?” tak ada jawaban.
Dan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam sempat ada niatan Diro untuk menjadi ketua kelas, namun kemudian diurungkanlah niatan tersebut. Sampai pada saat waktunya mengisi daftar presensi. Apa yang kemudian dilihat oleh Diro? Secarik kertas putih yang dilapisi map berwarna biru (kalo ga salah inget) yang berisi tulisan-tulisan daftar nama peserta kelas tersebut dan ternyata......jeng-jeng-jeng-jeng.... namanya tidak ada dalam daftar presensi tersebut. Dan mulai sadarlah si Diro kalau dia salah kelas, namun dia berusaha menjaga gengsi dengan diam-diam saja seakan tidak terjadi apa-apa. Setelah menyadari hal tersebut waktu seakan bergulir sangat lambat sampai akhirnya dosenpun menyelesaikan kuliahnya. Setelah itu Diro berusaha memberanikan diri untuk maju dan bertanya kepada dosen di kelas tersebut.
“Bu, ko nama saya ga ada di absen yah? Ada kesalahan kali bu..” Diro berusaha mencari alasan.
“ini uda bener ko.. mungkin kamu-nya yang salah kelas...” dengan nada yakin.
“oh, iya kali ya bu.. trus gmana dong bu?” tanya Diro.
“ya kamu liat di SIAK-NG kamu, atau coba kamu tanya di SBA (baca: Sub Bagian Akademik)”

Kesimpulannya hari itu Diro salah kelas.
#####
Kuliah MPKT berikutnya Diro kini sudah mengetahui siapa dosen MPKT-nya yang asli, dan ternyata kelanya ada di gedung G.403 dan ternyata dosennya adalah SBA tapi bukan Sub Bagian Akademik melainkan itu nama singkatan dari dosen tersebut, yah mirip-mirip kaya SBY gitu deh biar keren, beliau adalah dosen yang terkenal sangat idealis dan objektif dalam memberi nilai. Dal petualangan Diro di kelas ini pun dimulai.
Kelas ini selalu dimulai dengan kuliah pendek (pendahuluan ndak kelar-kelar.. #maksa#) oleh pak SBA, pertanyaan pertama yang dilontarkan adalah
“kalian siap tidak lulus di mata kuliah ini?” satu kelas terdiam mendengar pertanyaan dari pak SBA.
Kemudian beliau melajutkan kuliak pendeknya. Setelah itu kita anggap saja kuliah pendeknya sudah selesai. Hingga akhirnya Diro menemukan suatu kesimpulan bahwa segala sesuatu harus dipersiapkan kemungkinan terburuknya. Dan poin penting pertama-pun didapat dari kelas yang berkesan.
Setelah itu Diro dan teman sekelasnya diminta untuk mengisi biodata untuk kemudain dibagi kelompok untul CL sebagai kelompok diskusi dalam CL biasa disebut focus group dan kemudian diskusi tingkat amatir (baca: ngobrol) dimulai.
Kemudian untuk hari-hari berikutnya berlangsung seperti biasa.
#####
(Oleh abdushshabur Rasyid Ridho)
Part1 Selesai ditulis pukul 00.50 WIB
Ngantuk... bersambung dulu yah....
Read more...

Minggu, 07 November 2010

Bentuk Bakti Seorang Anak dengan Memuliakan Kedua Orang Tuanya


Sebagai manusia kita memahami dan meyakini bahwa ada sesuatu yang menciptakan kita. Karena tidak mungkin sesuatu itu tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Oleh karena itu kita meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan kita, maka kita harus beriman dan taat kepada-Nya. Wujud keimanan dan ketakwaan adalah dengan kita mengamalkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, sebuah keniscayaan bahwa terdapat banyak perbedaan disana-sini. Perbedaan itu terjadi tidak hanya dalam hal agama atau keyakinan, serta hal-hal lain yang kemungknan dapat menyulut konflik. Oleh karena itu, manusia akan diarahkan untuk dapat memandang dari sisi interseksi yang terdapat dalam masyarakat tersebut serta tidak hanya sekedar memandang dari sudut pandang perbedaan saja. Maka akhlak dan budi pekerti sangat diperlukan untuk menumbuhkan integrasi antar masyarakat. Dengan sikap yang demikian, maka akan terbentuk suatui masyarakat yang saling menghormati, saling memahami satu sama lain, saling tolong-menolong.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terikat dengan keturunan dan perkawinan, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Ketika akhlak dan budi pekerti dilihat dari ruang lingkup lingkungan keluarga, maka kita akan melihat hal tersebut dari sudut pandang akhlak dan budi pekerti seorang anak terhadap orang tuanya. Jika dilihat dari fungsi keluarga sebagai agen sosialisasi, maka keluraga sangat berperan dalam pembentukan sikap serta akhlak seorang anak.  Karena proses interaksi  yang terjadi di dalam keluarga memiliki tingkat intensitas yang tinggi melebihi interaksi seorang anak dengan masyarakat.
Dalam kehidupan kelarga proses solialisasi tidak selalu berlangsung mulus, kadang banyak terjadi hambatan yang membuat proses sosialisasi tersebut berlangsung tidak sempurna atau bahkan menyimpang. Dan hal itu sangat berpengaruh terhadap akhlak dan prilaku dari anak tersebut. Dewasa kini banyak kasus dimana seorang anak ya ng telah mendapatkan proses sosialisasi yang menyimpang dapat berakhlak sangat buruk terhadap kedua orang tuannya yang seharusnya ia berbakti dan menghormatinya.
Maka jangan sampai kita termasuk sesorang yang memiliki akhlak terhadap orang tua yang seperti itu, karena Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an dalam surat Al Isra ayat 23-24,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(23) Dab rendahkanlah dirimu terhadap kedunya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil”.”(24)
Begitu santunnya kita diperintahkan oleh Tuhan kita untuk berbakti dan memuliakannya serta kita djuga diperintahkan agar memiliki akhlak yang baik terhadap orang tua. Namun dalam pelaksanaannya, seiring pertumbuhan dan proses transfer nilai dan norma yang kita terima dari masyarakat maupun teman,ternyata tidak sebaik itu bakti yang kita berikan kepada orang tua. Yang paling penting dari menghormati orang tua adalah bukan dengan memberikannya harta yang banyak. Namun, yang paling dibutuhkan adalah akhlak yang baik dari seorang anak terhadap orang tuanya. Karena akhlak inilah sebenarnya kekayaan temahal yang bisa membuat doa dari seorang anak dapat segera diijabah –dikabulkan- oleh Allah, sehingga seorang anak dapat memuliakan serta dapat terus mendoakan ibu-bapaknya.
Bagaimanapun keadaan orang tua, daging dan darahnya akan selalu melkat pada diri anaknya. Maka seorang anak harus tetap berbkti kepada kedua orang tuanya apapun yang terjadi, karena tidak akan pernah ada istilah ‘mantan anak’ dan istilah ‘mantan ibu’.

Read more...

Kamis, 21 Oktober 2010

Keutamaan Belajar dan Mengajarkaan Ilmu

Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu, katanya Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam
bersabda,* *"Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu
Allah mengutus aku untuk menyampaikanya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi;
bumi itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
rumput-rumput yang banyak. Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga
tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka
dapat minum dan memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk
bercocok tanam. Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah
yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah
perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu yang
oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan
diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan
mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku diutus untuk
menyampaikannya. "Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata," Dan ada
diantara bagian bumi yang digenangi air, tapi tidak menyerap." **(Arti dari
Hadts No 79 - Kitab Fathu Bari)*

*Kandungan Hadits**
*
Tentang hadits diatas, setelah memaparkan keterangan yang menjelaskan hadits
diatas dari segi bahasa (arab), Ibnu Hajar Al-Asqalani -penulis kitab fikih
(klasik) Bulughul Maram- dalam kitabnya Fathul Bari, menjelaskan :

Al Qurtubi dan yang lainnya mengatakan bahwa Rasulullah ketika datang
membawa ajaran agama, beliau mengumpamakannya dengan hujan yang diperlukan
ketika mereka membutuhkannya. Demikianlah kondisi manusia sebelum Rasulullah
diutus. Seperti hujan menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu agama
dapat menghidupkan hati yang mati.

Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan
berbagai macam tanah yang terkena air hujan, diantara mereka adalah orang
alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajar. Orang ini seperti tanah subur
yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian
tanah tersebut dapat menumbuhan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi
manfaat bagi yang lain.

Diantara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut
ilmu namun dia tidak mengerjakan, akan tetapi dia mengejarkannya untuk orang
lain, maka bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat
memanfaatkannya. Orang inilah yang diindikasikan dalam sabda beliau, "Allah
memperindah seseorang yang mendengar perkataan-perkataan ku dan dia
mengerjakannya seperti yang dia dengar." Diantara mereka juga ada yang
mendengar ilmu namun tidak menghafal atau menjaganya serta mengamalkannya
dan tidak pula mengajarkannya kepada orang lain, maka dia seperti tanah yang
tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang ada di sekelilignya.

Dikumpulkannya perumpamaan bagian pertama dan kedua, adalah karena keduanya
sama-sama bermanfaat. Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga, karena tercela
dan tidak bermanfaat.

Kemudian dalam setiap perumpamaan terdiri dari dua kelompok. Perumpamaan
pertama telah kita jelaskan tadi, sedang perumpamaan kedua, bagian
pertamanya adalah orang yang masuk agama (Islam) namun tidak mendengarkan
ilmu atau mendengarkan tapi tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya.
Kelompok ini diumpamakan Nabi Shallallahu Alaihi was Sallam dalam sabdanya,
"Orang yang tidak mau memikirkan" atau dia berpaling dari ilmu sehingga dia
tidak bisa memanfaatkannya dan tidak pula dapat memberi manfaat kepada orang
lain.

Adapun bagian kedua adalah orang yang sama sekali tidak memeluk agama,
bahkan telah disampaikan kepadanya pengetahuan tentang agama Islam, tapi dia
mengingkari dan kufur kepadanya. Kelompok ini diumpamakan dengan tanah datar
yang keras, dimana air mengalir diatasnya tapi tidak dapat memanfaatkannya.
Hal ini diisyaratkan dengan perkataan beliau, "Dan tidak perduli dengan
petunjuk Allah".

Ath-Thibi mengatakan, "Manusia terbagi menjadi dua. Pertama, manusia yang
memanfaatkan ilmu untuk dirinya namun tidak mengajarkan kepada orang lain.
Kedua, manusia yang tidak memanfaatkan untuk dirinya, tapi dia mengajarkan
kepada orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam kelompok
pertama, karena secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya berbeda.
Begitu pula dengan tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang subur dan
memberi manfaat kepada manusia dan ada juga yang kering. Adapun kategori
kedua walaupun dia mengerjakan hal-hal yang wajib dan meninggalkan yang
sunnah, sebenarnya dia termasuk dalam kelompok kedua seperti yang telah kita
jelaskan; dan seandainya dia meninggalkan hal-hal wajib maka dia adalah
orang fasik dan kita tidak boleh mengambil ilmu darinya. Orang semacam ini
termasuk dalam, *man lam yar fa' bi dzalika ro san*. Wallahu a'lam"

*Penutup*

Dari uraian diatas, mari kita berkaca pada pribadi masing-masing. Termasuk
dalam kelompok manakah kita ; kelompok tanah yang menyerap air sehingga
dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhan
tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain, ataukah
kelompok tanah yang yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah
yang ada di sekelilingnya? Semoga Allah memudahkan jalan kebaikan dan
(kemudian) menempuhnya untuk yang telah menulis dan membaca tulisan ini,
Amin.

Post in Index Syarah Hadits <http://www.adaniper mana.co.cc/ Syarah/index. htm>,
Keutamaan Orang yang Mengetahui dan
Mengajar<http://www.adaniper mana.co.cc/ Syarah/keutamaan _orang_yang_ mengetahui_ dan_mengajar. htm>:
June 11, 2008 11:14:38 AM

--
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Read more...

Senin, 18 Oktober 2010

Mencapai Islam sebagai "Ustadziatul Alam"

Bismillahirrahmanirrahiem...

Islam adalah suatu agama yg sempurna dan agama rahmatan lilalamin.. maka kita harus membangun peradaban ISLAM yang lebih baik..

hal itu kita sebut sebagai sebuah Proyek besar dalam membangun peradaban ISLAM...

Adapun langkah-langkah untuk mencapai islam yg bisa menjadi "USTADZIATUL ALAM" :

1. Pertama, seperti biasa, bermula dari perbaikan individu. Yang diinginkan adalah terbentuknya seorang Muslim yang lurus, baik dalam pola pikir dan akidahnya, kokoh dalam moralitas dan perasaannya, serta baik dalam amal dan prilakunya.

2. Kedua, berlanjut dengan membentuk rumah tangga Muslim. Dari individu-individu yang islami, dan diharpkan akan muncul banyak rumah-tangga yang islami. Dari rumah tangga yang islami inilah diharapkn akan lahir para generasi yang tangguh, yang teguh memperjuangkan dan membela islam.

3. Ketiga, lalu berlanjut pada pembinaan masyrakat. Suasana, pemikiran & nilai-nilai yg telah terbina baik dalam rumah tangga islami, akan disebarluaskan sampai ke setiap pelosok, menerobos ke seluruh penjuru desa, kota, & pusat-pusat kegiatan masyarakat. Sehingga seluruh masyarakat merasakan suasana yang aman dan tentram, & yang pastinya islami.

4. Tahap keempat, masyarakat Muslim akan mendorong terbentuknya pemerintahan Islam yang bisa memimpin bangsa menuju masjid-masjid dan membimbing manusia kepada hidayah Islam.

5. Dan setelah pemerintahan Islam tegak disuatu bangsa, langkh selanjutnyaa adalah membebaskan setiap jengkal dari negeri-negeri Islam yang sejak dulu selalu dijajah dan dipecah belah. Karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan Islam adalah agama yang rahmatan-lilalmin.

6. Setelah itu, maka sedikit demi sdikit panji-panji Islam akan berkibar memenuhi jagad raya..

7. Dengan berkibarnya panji" Islam tadi, maka Islam harus bira menjadi "ustadziatul alam" (menjadi guru bagi alam semesta)..

(Oleh asy-syeikh Hasan Al-Banna)

karena kata orang bijak, "Perjalanan ribuan mil itu berawal dari satu langkah", maka demi mewujudkan cita" tersebut kita harus berusaha..
maka sekali lagi lakukanlah...
.Mulai dari diri sendiri
.Mulai dari hal yang kecil
.Mulai saat ini juga

wallahua'lam...

Read more...
sebenernya dari kemaren pingin banget nge-post tulisan di blog ini. tapi hari-hari begitu menyibukkan dan menyita banyak waktu, ampe hal-hal yang pengen w tulis disini jadi seakan terlupakan. Mungkin w jadi teringat ama sebuah prinsip sederhana tapi sangat memotifasi, dalam hal apapun namun terkhusus untuk masalah w kali ini. "Mulai dari hal yang kecil, Mulai dari diri sendiri, Mulai saat ini juga", semoga prinsip ini tetp bisa w pegang terus, dan nantinya blog ini minimal seminggu sekali bisa nge-post sesuatu. bermakna atau bermanfaat atau ngga itu tergantung siapa yang memaknainya yang penting tetap berharap dan tetap berusaha . Allah with me.. Takbir!!!!! ALLAHU AKBAR.....!!!
Read more...